Penulis : Redaksi

JakartaInggris akan mengoperasikan jet tempur yang mampu membawa senjata nuklir untuk mendukung misi nuklir Aliansi Pakta Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO).

Kantor Perdana Menteri Keir Starmer memaparkan Inggris akan membeli 12 unit jet tempur F-35A yang mampu membawa senjata nuklir. Hal itu dilakukan sebagai upaya London memperluas arsenal pencegah (deterrence) Inggris yang saat ini hanya terbatas pada rudal yang diluncurkan dari kapal selam.

“Jet F-35 dengan kemampuan ganda ini akan menandai era baru bagi Angkatan Udara Kerajaan Inggris yang terdepan di dunia dan menjadi penangkal terhadap ancaman musuh yang mengancam Inggris dan sekutu-sekutunya,” ujar Starmer dalam pernyataan pada Selasa (24/6).

Pada Juni lalu, Inggris juga mengumumkan akan membangun hingga 12 kapal selam serang baru dan enam pabrik amunisi sebagai bagian dari upaya memperkuat kembali kemampuan pertahanan dalam menghadapi “ancaman”, khususnya dari Rusia.

Kapal selam bertenaga nuklir tersebut akan dipersenjatai dengan senjata konvensional dan menjadi bagian dari aliansi militer AUKUS antara Inggris, AS, dan Australia.

Dikutip AFP, Starmer juga mengonfirmasi bahwa London akan mengalokasikan dana sebesar £15 miliar (sekitar Rp405 triliun) untuk program pengembangan hulu ledak nuklirnya.

Dalam pernyataan yang sama, Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, sangat menyambut baik pengumuman hari ini. Rutte menyebutnya sebagai “kontribusi kuat lainnya dari Inggris untuk NATO.”

Downing Street menggambarkan langkah ini sebagai “penguatan terbesar terhadap postur nuklir Inggris dalam satu generasi” dan menambahkan bahwa Starmer akan mengumumkan rencana ini secara resmi dalam KTT NATO yang akan berlangsung hari ini, Rabu (25/6).

Sejak berakhirnya Perang Dingin, sistem deterrence nuklir Inggris dalam aliansi Atlantik hanya mengandalkan rudal yang diluncurkan dari kapal selam Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

Heloise Fayet, pakar nuklir dari Institut Hubungan Internasional Prancis (Ifri), menilai pengumuman ini mencerminkan “renuklirisasi Eropa yang terus berlanjut.”