Penulis : Redaksi

Jakarta – Jumat, 18 Juli 2025. Isu kerusakan hutan di kawasan Parlilitan dan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan, kini menggugah hati para perantau Batak, termasuk pucuk pimpinan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Pdt. Dr. Victor Tinambunan. Ia hadir langsung dalam diskusi yang digelar Forum Peduli Alam Parlilitan–Tarabintang (FPAP-T) di sebuah restoran kawasan Senayan City, Jakarta, Kamis, 17 Juli 2025.

“Parlilitan bukan sekadar titik di peta. Di sana saya lahir dan dibesarkan. Kerusakan hutannya menyayat hati saya,” ujarnya dengan nada tegas.

Diskusi itu mempertemukan lintas generasi dan profesi dari perantau asal Parlilitan dan Tarabintang—pengusaha, akademisi, pengacara, jurnalis, dan aktivis lingkungan—yang merasa terpanggil menyikapi maraknya deforestasi dan aktivitas ilegal di hutan kampung halaman mereka.

“Kita tidak boleh diam. Kerusakan lingkungan bukan hanya masalah lokal, tapi ancaman global. Dan Parlilitan serta Tarabintang kini jadi titik rawan,” katanya.

Menurut Victor, bencana seperti banjir, longsor, dan kekeringan sudah mulai dirasakan masyarakat. Debit air sungai turun, mata air menghilang, dan hutan kian menipis. Ia menyoroti kehadiran PT Toba Pulp Lestari (TPL) sebagai salah satu faktor yang memperparah situasi.

“Kalau kita bicara jujur, keberadaan TPL lebih banyak membawa luka daripada manfaat,” tuturnya.

Selain kerusakan fisik, konflik sosial di antara warga pun mulai muncul akibat pembabatan hutan. Ia menyebut bahwa gesekan bahkan terjadi antarwarga satu marga dan satu gereja, karena perebutan akses lahan.

Dalam kesempatan itu, pengacara Harry Hasugian, SH, MH, mewakili peserta diskusi menyatakan bahwa lebih dari 100 pengacara asal Parlilitan akan menyampaikan pernyataan sikap resmi kepada pemerintah.

“Ini bentuk cinta kampung halaman. Kami tidak akan tinggal diam melihat hutan yang dulu jadi nafas kehidupan, kini nyaris tinggal kenangan,” ujarnya.

Sebagai bentuk dukungan nyata, Ephorus HKBP bersedia menjadi penasihat Forum Peduli Alam Parlilitan–Tarabintang. Ia berharap gerakan ini tidak berhenti sebagai diskusi, tetapi berlanjut menjadi kekuatan rakyat yang terorganisir dan konsisten.

Reporter: Jorgi Pasaribu