JAKARTA – Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjadi pusat inovasi digital di Asia Tenggara dengan membangun ekosistem teknologi yang berdaulat, inklusif, dan berakar pada kearifan lokal, bukan sekadar meniru model luar negeri.
Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Digital, Ismail, menegaskan bahwa meskipun Indonesia memiliki ambisi besar menjadi “Silicon Valley Asia Tenggara”, model yang akan dibangun justru akan mencerminkan karakter bangsa sendiri. Hal ini disampaikannya dalam gelaran digitalCIO Indonesia bertajuk Menjadikan Indonesia Silicon Valley Asia Tenggara, di Jakarta Selatan, Selasa (15/07/2025).
“Ambisi menjadi Silicon Valley Asia Tenggara bukanlah untuk meniru, melainkan membangun model Indonesia yang unik dengan inovasi-inovasi yang inklusif, berlandaskan kearifan lokal, dan berorientasi pada nilai,” tegas Ismail.
Pernyataan tersebut sejalan dengan visi besar Presiden Prabowo Subianto menuju Indonesia Digital 2045, yang menempatkan transformasi digital sebagai misi strategis nasional—lebih dari sekadar modernisasi layanan, tetapi juga sebagai fondasi kedaulatan teknologi dan daya saing SDM Indonesia.
“Indonesia siap tampil sebagai pusat inovasi teknologi di Asia Tenggara. Karena Indonesia sudah siap. Misi ini sepenuhnya sejalan dengan visi nasional yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto,” lanjutnya.
Empat Pilar Strategi Digital Nasional
Pemerintah telah merumuskan empat pilar utama dalam strategi digital nasional, yaitu:
-
Infrastruktur Digital
-
Pemerintahan Digital
-
Ekonomi Digital
-
Masyarakat Digital
Keempat pilar ini bertujuan memperkuat pertumbuhan ekonomi, memperluas akses teknologi, dan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam peta inovasi global.
Peran Startup Lokal dan Kedaulatan Inovasi
Ismail juga menyoroti peran penting startup lokal seperti Xendit, Ruangguru, Kata.ai, dan KampungDigital yang telah mentransformasi kehidupan masyarakat, mulai dari pendidikan hingga sektor sosial.
“Mereka telah mengubah lanskap digital, bukan hanya demi produktivitas, tetapi juga pendidikan, martabat, dan ketahanan sosial,” ujarnya.
Pemerintah sebagai Fasilitator, Bukan Regulator Penghambat
Dalam mewujudkan visi Indonesia Digital 2045, Komdigi menekankan pentingnya regulasi yang adaptif, pengembangan talenta digital yang inklusif, penguatan keamanan siber, serta tata kelola kecerdasan buatan (AI) yang etis.
“Pemerintah harus menjadi platform yang memfasilitasi, bukan menghambat. Itu berarti berinovasi bersama startup, membangun regulasi yang adaptif, dan membuka ekosistem digital yang mencerminkan nilai bersama,” jelas Ismail.
Menuju Indonesia Emas 2045
Melalui kolaborasi lintas sektor, Indonesia tidak hanya ingin menjadi konsumen teknologi global, tetapi juga menjadi produsen inovasi yang diperhitungkan dunia. Transformasi digital bukan hanya agenda teknologi, tetapi juga lokomotif pembangunan ekonomi menuju Indonesia Emas 2045.
