Jakarta — Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Demul) menjelaskan dampak proyek tanggul laut raksasa alias Giant Sea Wall di Pantai Utara (Pantura).
Menurutnya, proyek tanggul laut raksasa ini tak sekadar membangun benteng.
“Bicara Giant Sea Wall ya, jadi kerangka pemahaman saya bukan hanya benteng, tetapi adalah hamparan pohon mangrove itu adalah bagian dari Giant Sea Wall itu sendiri, karena rob akan tertahan, banjir laut akan tertahan,” kata Dedi dalam Talkshow di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta Pusat, Rabu (25/6).
Pembangunan Giant Sea Wall dikhawatirkan bentrok dengan proyek revitalisasi tambak di Pantura, Jawa Barat. Proyek senilai Rp26 triliun itu menyasar 20.413,25 hektare di 4 kabupaten Jabar, yakni Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu.
Bahkan, Danantara yang langsung berinvestasi dalam proyek tambak nila salin tersebut. Volume produksinya diperkirakan bisa mencapai 1,18 juta ton dengan nilai Rp30,65 triliun. Di lain sisi, revitalisasi tambak Pantura itu diklaim mampu menciptakan lapangan kerja untuk 119.100 orang.
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono menegaskan tidak ada masalah antara revitalisasi tambak Pantura dengan pembangunan Giant Sea Wall.
“(GSW) tidak akan mengganggu terhadap pembangunan atau revitalisasi daripada tambak Pantura ini. Jadi, misi daripada revitalisasi tambak Pantura itu yang pertama adalah memperbaiki lingkungan,” jelas Trenggono.
“Memperbaiki infrastruktur lingkungan. Jadi, yang lingkungannya tadi rusak itu akan kita kembalikan seperti yang sebelumnya, menjadi lingkungan yang baik,” tambahnya.
Kedua, penciptaan lapangan pekerjaan baru karena akan terbangun industri budi daya nila salin. Ini adalah budi daya terintegrasi, mulai dari bibit, pakan, sampai on-farm.
Sedangkan alasan yang ketiga adalah hilirisasi. Menteri Trenggono turut berharap peran aktif para pengusaha swasta dalam tahap ini.
“Giant Sea Wall itu adalah satu pembangunan tanggul laut raksasa, tapi tentu tetap mempertimbangkan soal lingkungan. Jaraknya tentu sudah dihitung dari garis pantai yang sekarang. Itu untuk menahan arus, salah satunya, sekaligus juga ada investasi di sana. Lalu, ada infrastruktur di dalamnya, seperti untuk jalan dan seterusnya,” tandasnya.
