Jakarta — Suhu udara kota Mina usai Ashar masih menunjukkan angka 42 derajat Celsius. Jalanan mulai dipenuhi jemaah dari berbagai negara berbondong-bondong menuju Jamarat untuk melempar Jumrah.
Beberapa jemaah haji Indonesia terlihat di antara kerumunan jemaah lainnya.
.com mengunjungi camp jemaah haji Indonesia yang berjarak sekitar satu kilometer dari tenda kami menginap yang difasiltasi kementerian media kerajaan Arab Saudi untuk sejumlah wartawan dari berbagai negara.
Suasana “Indonesia” sangat terasa begitu memasuki tenda jemaah. Sekelompok pria duduk bersila menyeruput kopi sembari berbincang dengan jemaah lainnya.
Banner nama kelompok rombongan haji terpampang di depan camp sebagai penanda untuk anggota kelompok agar mudah dicari.
Di sudut lainnya pasangan suami istri paruh baya menikmati mie instan yang disediakan panitia haji. Sementara, puluhan jemaah berdesakan mengambil es krim gratis yang dibagikan donatur.
Bahasa Jawa sebagai komunikasi sesama jemaah menandakan identitas “Indonesia” di Mina.
Jemaah haji yang berada di camp ini campuran dari berbagai daerah dan kloter seperti dari jawa timur, Lampung, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten. Semua berkumpul dalam satu kafilah untuk beberapa hari di Mina kemudian akan kembali ke Makkah usai pelaksanaan lempar jumrah.
Di dalam tenda yang dilengkapi AC kipas angin, puluhan jemaah berhimpitan istirahat; meluruskan badan, membaca Alquran, hingga menelpon sanak keluarga. Tenda yang cukup besar ini mampu menampung hingga sekitar 100 jemaah.
Salah satu jemaah haji dari Magetan, Embarkasi Surabaya Agus Mustofa saat ditemui di Rawaf Mina Indonesia (4) Kafilah 52 menceritakan pengalamannya, Ia menemani ibunya berangkat haji.
“Untuk fasilitas makanan dan minuman yang disediakan pihak penyelenggara haji tidak ada kekurangan, makanan minuman berlimpah, hanya saja yang perlu menjadi catatan pemerintah adalah kekacauan layanan transportasi bus yang tidak memadai untuk mengangkut jemaah haji dari Muzdalifah,” kata Agus.
“Rombongan saya akhirnya memilih untuk berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina tengah malam karena tidak adanya kepastian bus berangkat dan kondisi lalu lintas menuju Muzdalifah padat. Dan bukan hanya rombongan kami saja banyak rombongan lain yang melakukan hal yang sama,” imbuh Agus.
