Dalam kondisi normal, Ayatollah Khamenei tinggal dan bekerja di kompleks yang sangat aman di pusat Teheran yang disebut “beit rahbari” atau rumah pemimpin dan ia jarang meninggalkan kediamannya, kecuali untuk acara-acara khusus seperti menyampaikan khotbah. Para pejabat senior dan komandan militer Iran datang kepadanya untuk pertemuan mingguan, dan pidato untuk publik dilakukan dari kompleks tersebut.
Penarikan Khamenei ke bunker menunjukkan betapa kerasnya Teheran telah dihantam dalam perang dengan Israel yang menurut pejabat Iran berlangsung di dua front.
Salah satunya terjadi dari udara, dengan serangan udara Israel terhadap pangkalan militer, fasilitas nuklir, infrastruktur energi vital, komandan, dan ilmuwan nuklir di gedung apartemen mereka di lingkungan perumahan yang padat. Beberapa komandan tinggi Iran tewas seketika.
Menurut laporan New York Times, kelompok hak asasi manusia di dalam dan luar negeri Iran menyebut ratusan orang juga tewas dan ribuan lainnya terluka, dengan warga sipil terbunuh di seluruh Iran akibat perang dengan Israel dan serangan AS.
Namun, para pejabat Iran mengatakan bahwa mereka juga berjuang di front kedua, dengan agen rahasia dan kolaborator Israel yang tersebar di darat di seluruh wilayah Iran, melancarkan drone ke struktur energi dan militer vital. Kekhawatiran akan infiltrasi Israel di kalangan eselon atas aparat keamanan dan intelijen Iran telah mengguncang struktur kekuasaan Iran, bahkan Ayatollah Khamenei.
“Jelas bahwa kami mengalami pelanggaran keamanan dan intelijen besar-besaran; tidak ada yang menyangkal ini,” kata Mahdi Mohammadi, penasihat senior Ketua Parlemen Iran, Jenderal Mohammad Ghalibaf, dalam rekaman audio yang menganalisis perang tersebut. “Komandan senior kami semuanya dibunuh dalam waktu satu jam,” imbuhnya.
Dia menuturkan bahwa kegagalan terbesar Iran adalah “tidak menemukan” perencanaan berbulan-bulan yang dilakukan agen-agen Israel untuk membawa rudal dan suku cadang drone ke negara itu guna mempersiapkan serangan.
