Jakarta — Militer Israel di bawah pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerang habis-habisan Iran pada pekan lalu hingga hari ini.
Netanyahu, dalam pidatonya di hari pertama menyerang pada Jumat (13/6), mengatakan Israel mengincar situs nuklir Iran hingga sistem persenjataan. Namun, kenyataannya mereka juga menggempur area penduduk dan menyebabkan banyak warga sipil tewas.
Saat berpidato, Netanyahu juga memprovokasi warga Iran dengan berdalih serangan itu sebagai cara membebaskan mereka dari cengkeraman rezim yang dianggap otoriter.
“Rezim Islam, yang telah menindas Anda selama hampir 50 tahun, mengancam akan menghancurkan negara kami, Negara Israel. Tujuan operasi Israel adalah untuk menggagalkan ancaman rudal balistik dan nuklir rezim Islam terhadap kami,” kata Netanyahu saat pidato, dikutip situs resmi PM Israel.
Dia lalu berujar, “Saat kami mencapai tujuan kami, kami juga membuka jalan bagi Anda untuk meraih kebebasan.”
Netanyahu juga menyampaikan pencapaian yang sudah dilakukan militer Israel dan menilai pemerintahan Iran dalam kondisi lemah.
Lebih lanjut, Netanyahu mengatakan saat ini waktu yang tepat bagi warga Iran menyampaikan pendapat.
“Seperti yang saya katakan kemarin dan berkali-kali sebelumnya, perjuangan Israel bukanlah melawan rakyat Iran. Perjuangan kami adalah melawan rezim Islam pembunuh yang menindas dan memiskinkan Anda,” ucap dia.
Netanyahu bahkan menyuarakan slogan “perempuan, hidup, kebebasan,” kata-kata yang digunakan warga Iran saat protes pembunuhan Mahsa Amini pada 2021.
Pernyataan Netanyahu mengindikasikan motif lain Israel yang mulanya ingin menghancurkan struktur nuklir dan militer Iran tampak punya motif lain.
Analis hubungan internasional Golnar dan Dina Esfanfdiary dalam tulisan yang rilis di Bloomberg menilai pernyataan Netanyahu kurang ajar.
“Itu menunjukkan bagaimana Israel mencoba mengeksploitasi kelemahan Iran untuk memicu kerusuhan ekonomi, memicu penggulingan rezim ulama yang sudah memerintah selama hampir setengah abad,” demikian menurut mereka.
