Jakarta — Amerika Serikat (AS) secara tegas memasuki konflik dengan Iran pada Sabtu (21/6) waktu setempat setelah Presiden Donald Trump memerintahkan pesawat tempur AS untuk menjatuhkan bom-bom besar di tiga situs nuklir di Iran.
Keputusan ini secara langsung menyeretnya ke dalam konflik Timur Tengah yang semakin memanas, meskipun ia masih menyimpan harapan bahwa masalah ini dapat diselesaikan secara diplomatis.
Melalui unggahan di media sosial dan pidato larut malam waktu setempat dari Gedung Putih, Trump menggambarkan pemboman tersebut sebagai operasi yang sepenuhnya berhasil dan memperingatkan Iran agar tidak melakukan pembalasan.
“Tujuan kami adalah penghancuran kapasitas pengayaan nuklir Iran dan penghentian ancaman nuklir yang ditimbulkan oleh negara sponsor teror nomor 1 di dunia,” kata Trump selama pidato empat menitnya dari Cross Hall Gedung Putih mengenai serangan ke Iran, seperti dilansir CNN, Minggu (22/6).
Ia menggambarkan misi tersebut sebagai “keberhasilan militer yang spektakuler” dan menyerukan Iran untuk segera kembali ke upaya diplomatik guna mengakhiri konflik. Trump juga mengklaim bahwa situs-situs tersebut telah “benar-benar musnah.”
“Iran, pengganggu Timur Tengah, kini harus berdamai,” tegas Trump, didampingi oleh wakil presiden, menteri luar negeri, dan menteri pertahanannya saat menyampaikan pidato. “Jika mereka tidak melakukannya, serangan di masa depan akan jauh lebih besar dan jauh lebih mudah,” sambungnya.
Serangan AS terhadap situs-situs nuklir Iran, yang diidentifikasi Trump sebelumnya sebagai Fordo, Natanz, dan Isfahan, secara signifikan meningkatkan ketegangan di negara itu.
Ini merupakan salah satu keputusan paling konsekuensial di awal masa kepresidenan kedua Trump. Perdebatan mengenai apakah akan menargetkan Iran secara langsung sempat memecah koalisi politik Trump, dengan kekhawatiran tinggi di antara beberapa anggota basis Republik bahwa intervensi dapat menyeret AS ke dalam konflik baru yang berkepanjangan.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada CNN bahwa AS menggunakan enam pesawat pengebom B-2 untuk menjatuhkan selusin bom “penghancur bunker” di situs nuklir Fordo. Trump dalam pesan di media sosial mengatakan bahwa “muatan penuh BOM dijatuhkan di situs utama, Fordow.”
“Tidak ada militer lain di dunia yang bisa melakukan ini,” tulis Trump. “SEKARANG SAATNYA UNTUK DAMAI!”
Dua sumber yang familiar dengan operasi tersebut mengatakan bahwa bom yang digunakan dalam serangan itu adalah GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang dikenal sebagai “bunker buster.” Para ahli telah menyoroti bom ini sebagai satu-satunya jenis bom yang berpotensi mampu menghancurkan fasilitas nuklir Fordo Iran yang berada di bawah tanah.
Keputusan untuk menargetkan Iran secara langsung ini diambil beberapa hari setelah Gedung Putih mengumumkan bahwa Trump akan memberikan waktu dua minggu untuk menentukan apakah diplomasi mungkin dilakukan guna menyelesaikan konflik.
Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa dekade, sejak revolusi Iran pada tahun 1979, seorang presiden Amerika mengerahkan aset Angkatan Udara untuk menargetkan fasilitas utama di negara tersebut.
Dalam pidatonya pada Sabtu malam, Trump menggambarkan dirinya sebagai penentang lama gagasan Iran memperoleh senjata nuklir. “Saya memutuskan sejak lama bahwa saya tidak akan membiarkan ini terjadi,” katanya.
(wiw)
