Penulis : Redaksi

Jakarta — Kapal bantuan kemanusiaan berisi 12 aktivis termasuk Greta Thunberg asal Swedia akan melanjutkan perjalanannya menuju Gaza ‘hingga menit terakhir’. Pernyataan itu mereka keluarkan pada Minggu (8/6) usai Israel memerintahkan militernya memblokir kapal tersebut.

“Kami akan tetap bergerak hingga menit terakhir — hingga Israel memutus internet dan jaringan,” kata anggota parlemen Eropa Rima Hassan kepada AFP dari kapal tersebut yang bernama Madleen.

Kapal Madleen, bagian dari Freedom Flotilla Coalition, meninggalkan Sisilia minggu lalu dengan membawa muatan pasokan bantuan untuk ‘mematahkan blokade Israel di Gaza’ di mana perang antara Israel dan Hamas telah memasuki bulan ke-21.

“Ada dua belas dari kami warga sipil di atas kapal. Kami tidak bersenjata. Yang ada hanya bantuan kemanusiaan,” kata Hassan.

Sebelumnya pada hari itu, menteri pertahanan Israel, Israel Katz memerintahkan militer untuk memblokir kapal tersebut agar tidak mencapai wilayah Palestina.

“Saya katakan dengan jelas: kembalilah karena Anda tidak akan mencapai Gaza,” kata Katz.

Koalisi menanggapi dalam sebuah pernyataan di X dengan mengatakan bahwa mereka memprediksi ‘intersepsi dan serangan dari Israel bisa datang kapan saja’ dan menyerukan kepada pemerintah asal negara aktivis yang berada di kapal untuk melindungi mereka.

Warga negara Jerman, Prancis, Brasil, Turki, Swedia, Spanyol, dan Belanda berada di kapal tersebut.

“Kami tidak takut pada mereka,” kata aktivis hak asasi manusia Jerman Yasemin Acar, yang juga berada di atas kapal.

“Pesan yang mereka kirimkan kepada kami — bahwa kami tidak dapat mendekat — tidak membuat kami mundur,” tambahnya.

Anggota Parlemen Eropa Prancis Hassan menyuarakan kekhawatiran atas kurangnya tanggapan resmi dari negara-negara yang warganya merupakan bagian dari awak kapal.

“Tidak ada negara yang menanggapi. Pesan yang dikirim adalah bahwa Israel dibiarkan bertindak tanpa hukuman, tanpa jaminan perlindungan bagi kami,” tambahnya.

Pada Minggu, Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Warga Negara Prancis di Luar Negeri, Laurent Saint-Martin, mengatakan bahwa Prancis berkewajiban memastikan ‘perlindungan konsuler’ bagi warga negaranya di atas kapal Madleen.