Penulis : Redaksi

Jakarta — PT Pertamina (Persero) menyiapkan rute alternatif distribusi minyak mentah, seperti Oman dan India sebagai respons dari persetujuan penutupan Selat Hormuz oleh Parlemen Republik Islam Iran buntut memanasnya perang Iran-Israel.

“Pertamina telah mengantisipasi hal tersebut dengan mengamankan kapal kita, mengalihkan rute kapal ke jalur aman melalui Oman dan India,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso, Minggu (22/6) seperti dikutip dari Antara.

Fadjar menyampaikan penutupan Selat Hormuz tentu berdampak pada distribusi minyak mentah. Sebab selat tersebut dilalui oleh 20 persen pelayaran minyak mentah dunia.

Meskipun demikian, Fadjar menyampaikan bahwa stok minyak mentah di dalam negeri masih aman. Biaya operasional yang akan dipengaruhi oleh perubahan rute pelayaran saat ini masih dikalkulasi.



“Terkait biaya operasional masih kami periksa. (Stok minyak) sejauh ini masih aman,” katanya.

Sementara itu Corporate Secretary PT Pertamina International Shipping (PIS) Muhammad Baron menyampaikan, selain menyiapkan rute alternatif, PIS mengutamakan keselamatan awak dan kapal PIS.

“Kami utamakan faktor keselamatan awak dan kapal PIS, sehingga terkait rencana penutupan (Selat Hormuz), kami akan menjalankan rencana rute alternatif untuk menjamin rantai pasokan,” ucapnya.

Ia menyampaikan bahwa PIS akan mengangkut minyak sesuai dengan rute pasokannya dan kebutuhan Indonesia.

“(Alternatif) rute yang dimaksud akan kami lakukan sesuai kebutuhan,” kata dia.

Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat sejak Jumat (13/6) ketika Israel melancarkan serangan udara di sejumlah lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir.

Serangan Israel memicu Teheran untuk melancarkan serangan balasan ke sejumlah titik di negara tersebut pada hari yang sama.

Otoritas Israel menyebut sekurangnya 25 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan rudal Iran. Sementara, 430 warga Iran tewas dan lebih dari 3.500 lainnya terluka dalam serangan Israel ke negara tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Iran.