Penulis : Redaksi

Trump lalu mengancam Iran agar tidak membalas serangan AS terhadap fasilitas nuklir utamanya. Ia menyatakan bahwa Iran akan menghadapi “tragedi” yang belum pernah terjadi ebelumnya jika meluncurkan serangan balasan ke AS.

3. Dalih AS ikut-ikutan serang Iran

Wakil Presiden AS JD Vance berdalih serangan ke Iran merupakan upaya untuk menghilangkan ancaman program nuklir.

Vance menegaskan serangan AS ini bukan bentuk ikut campur Washington dalam konflik Israel-Iran yang juga sama-sama sedang berperang.

“Keterlibatan kami saat ini adalah upaya yang sangat terfokus untuk menghilangkan ancaman dari program nuklir Iran. Ini akan terus menjadi tujuan utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat, dan tujuan inilah yang akan mendorong langkah-langkah kami dalam beberapa minggu dan bulan ke depan,” kata Vance Dalam wawancara dengan program “This Week” di ABC News yang dikutip CNN, Minggu (22/6).

Vance menegaskan bahwa Presiden Donald Trump tetap berkomitmen pada prinsip non-intervensionisme sebagaimana dijanjikan dalam kampanye pemilu 2024.

“Saya rasa presiden telah sangat jelas bahwa kami tidak tertarik untuk terlibat dalam konflik jangka panjang di Timur Tengah,” kata Vance.

4. Reaksi Iran kala AS Ikut-ikutan Israel

Kementerian Luar Negeri Iran menganggap AS resmi memulai perang melawan Teheran dan mengultimatum Washington akan menerima konsekuensi berat atas kesewenang-wenangan ikut menyerang negaranya.

Teheran juga langsung mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) segera menggelar rapat darurat.

Iran juga mendeklarasikan bahwa kini setiap warga negara Amerika resmi menjadi target serangan.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan dia bakal terbang ke Rusia pada Minggu (22/6) untuk berdiskusi dengan Presiden Vladimir Putin usai AS menyerang negaranya.

“Saya akan ke Moskow sore ini,” kata Araghchi di sela-sela pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, diberitakan AFP.

“(untuk mengadakan) konsultasi serius dengan presiden Rusia besok,” ujar dia lagi.